![Latar Belakang](https://www.lenteraanak.org/assets/images/master_content/860573/860573unavailable.png)
Latar Belakang
“Remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap hari esok karena mayoritas perokok memulai merokok ketika remaja..” (Laporan Peneliti Myron E. Johnson ke Wakil Presiden Riset dan Pengembangan Phillip Morris)
Dokumen perusahaan rokok mengakui bahwa remaja adalah calon pelanggannya. Karena itu perusahaan rokok gencar memasang iklan dalam bentuk bilboard, spanduk, poster hingga stiker di pagar sekolah, warung dekat sekolah dan lingkungan sekitar sekolah. Hasil monitoring iklan rokok di sekitar sekolah 5 kota tahun 2015, menunjukkan 85% sekolah mulai SD hingga SMA dikepung oleh iklan, promosi dan sponsor rokok. Cara ini dilakukan untuk menanamkan pada anak-anak bahwa rokok adalah produk yang normal. Setidaknya ada 30 merek rokok yang beriklan dan berpromosi di sekitar sekolah.
Perusahaan rokok juga menjual rokok dengan harga murah di sekitar sekolah, bahkan kurang dari seribu rupiah. Ini membuat akses rokok menjadi mudah dan murah karena harganya murah dan dapat dibeli di sekitar sekolah. Tak heran bila hasil Global Youth Tobacco Survey 2014 di Indonesia, menunjukkan 2 dari 5 siswa adalah perokok aktif dan 3 dari 5 siswa membeli rokok di warung atau kios.
Berbagai studi membuktikan bahwa iklan, promosi dan sponsor rokok mempengaruhi anak dan remaja untuk mencoba konsumsi rokok. 46% remaja berpendapat bahwa iklan rokok mempengaruhi mereka untuk mulai merokok (Uhamka dan Komnas Anak 2007). Sementara itu 99,6% anak usia 13 – 15 tahun melihat iklan rokok di luar ruang (Survey cepat di 10 kota, Komnas Perlindungan Anak, 2012).
Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukan hampir 80% perokok memulai merokok sebelum usia 19 tahun, jumlahnya mencapai 16,4 juta orang. Dan usia merokok pertama kali yang paling tinggi adalah pada kelompok usia 15-19 tahun. Jika permasalahan ini terus dibiarkan, Indonesia akan terus mendapatkan berbagai ancaman bagi masa depan bangsanya yaitu ancaman kesehatan dan juga ancaman untuk tidak dapat menikmati bonus demografi pada tahun 2035.