Kesehatan Anak Modal Bonus Demografi
JAKARTA - Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan diperlukan komitmen bersama dalam mengawasi kesehatan anak. Hal ini demi mewujudkan generasi berkualitas dalam menyambut bonus demografi pada 2020 – 2030 mendatang. Ledakkan jumlah penduduk usia 0-18 tahun saat ini pada 20-30 tahun kedepan dianggap sebuah kesempatan bagi Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa.
“Mereka menjadi kelompok yang menentukan apakah bonus demografi akan menjadi berkah atau bencana,” kata Nila saat membuka Dialog Nasional Kurang Gizi terselubung Menuai Generasi Hilang di Kantor Kementerian Kesehatan, Rabu kemarin.
Menurut Nila, faktor penghambat dalam bidang kesehatan adalah masalah gizi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, kasus kurang gizi pada balita berada pada angka 19,6 persen, sementara kasus gizi lebih mencapai 11,9 persen. Masalah ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor seperti konsumsi makanan, penyakit infeksi, pola asuh, serta ketersediaan pangan.
Untuk itu, melalui Peraturan presiden No. 42 Tahun 2013, dibangun sebuah Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan gizi yang berupaya membantu masyarakat dalam memberi asupan gizi untuk ibu dan anak pada 1000 hari pertama sejak tumbuhnya janin.
“Anak mewakili segmen masyarakat yang paling rentan terhadap resiko penyakit maupun kematian,” katanya. Ia pun mengingatkan bahwa anak adalah tanggung jawab bersama.
Pada perigatakan Hari Keluarga Nasional lalu, Presiden Joko Widodo mengatakan Saat Indonesia menghadapi bonus demografi, rata-rata usia masyarakat paling banyak antara 19-30 tahun. Sisanya adalah masyarakat berusia dibawah 15 tahun atau di atas 65 tahun. Untuk menghadapi momentum tersebut, Jokowi berpendapat perlu dipersiapkan pembangunan yang berfokus meningkatkan kualitas manusia. “Salah satunya dengan menjaga kesehatan anak sejak dalam kandungan,” kata Nila.
Sumber Klik Disini